hujan menjadikan rencana hari ini buyar layaknya gas dalam balon yang pecah. hahahahaa cukup berbasa basinya. hari ini memang diisi dengan bergalau galau ria dengan laptop dan gitar dan bermalas-malasan. Namun, di tengah boredom tersebut, tersirat sebuah inspirasi untuk menulis sebuah karya.
Mencintaimu
Sayu sayu sepatah kata kudengar
“Pulanglah, Nak, Ibu menunggumu.”
Darimanakah gerangan suara itu berasal?
Ah kuhiraukan dan kubiarkan segala gundah dan segala kesunyian ini
Aktivitas pun aku jalani dengan apa adanya
“Pulanglah, Nak, Ibu menunggumu.”
Sekali lagi kudengar dan kuambil keputusan
Ku angkat telefon genggamku dan muncullah suara dari seberang
Suara hangat yang menyejukkan pikiran dan mencairkan kebekuan hati
Dan setelah bunyi telfon berakhir dengan tak acuh
Terbesit kata “hanya sebatas kangen.”
“Pulanglah, Nak, Ibu menunggumu.”
Oh, cukup dua kali suara itu menggaung di pikiranku
Aku penasaran akan arti dari suara itu
Esensi dari panggilan Ibu itu
Dan sebuah kenangan pun terlintas di otakku
Kala hujan menetes sentuhan hangatmu menyingkapkan segala kedinginanku
Kala hari panas, keringatmu menetes peluh sambil mengibaskan secarik kertas
Kala hari malam, kehadiranmu yang membuatku terjaga hingga pagi menjelang
Dan kasihmu selalu mencerahkan hariku
1 tahun, 5 tahun, dan 19 tahun yang lalu
Tiada hari tanpa celotehmu
Tiada hari tanpa tetesan keringatmu
Tiada hari tanpa senyum indahmu
Dan aku rindu semuanya itu, Ibu
Aku akan segera pulang
Pulang ke tempat terindah yg pernah kurasakan
Di bawah pangkuan seorang Ibu tercinta
Dan lihatlah, Ibu, aku akan selalu ada untukmu
Mencintaimu
Tidak hanya sampai waktu memisahkan kita
Melainkan tak terbatas waktu cintaku untukmu, Ibu
-hidup itu indah-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar